Selasa, 03 September 2013
celoteh hujan pada malam
Kala malam bersihkan wajahnya dari bintangbintang,
Lalu arakkan awan gemawan menyamakan warna
Dan turunkan setetes air langit dari tubuhnya
Tetestetes itu serupa tangisan dewadewa hujan
Ada luka yang menganga disetiap bulirnya
Petir semakin memperjelas teriakan kemuakan hujan
Para serdadu itu muak dengan sumpah serapah
Saban hari kemarin, kemarinnya, kemarinnya lagi, dan kemarin kemarin kemarinnya lagi dan lagi,
Hujan selalu dijadikan tersangka
Duduk dipesakitan sebagai terdakwa
Dituduh sebagai biang penunda, penyebab kebanjiran dan kemacetan
Dimata mereka, tak ada keindahan pada hujan
Hanya pelangi berjuta warna yang mereka puja bak dewa Neptunus
Mereka tak pernah sadar, hujanlah yang melahirkan pelangi
Pelangi bagian dari persembahan hujan
Yang mereka lihat hanya keciprak air di jalan yang berlubang,
Desah yang memecah ketenangan,
Duet bersama selokan yang meluap,
Semilir angin yang mengalunkan gigil
Mereka tak sadar dengan pemberitahuan hujan tentang bumi yang sudah sakit,
Tentang langit yang sudah terasa pahit
Mereka tak pernah mau pedulikan bahwa hujanlah yang menciptakan warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu di langit
Hujanlah yang mempersatukan mereka menjadi semburat pelangi
Melengkung menawan,
Membentuk senyuman manis dilangit yang membiru
Malam..
Hanya malamlah yang sudi mendengarkan celoteh hujan tanpa bintang
Langganan:
Postingan (Atom)