Rabu, 16 April 2014

konseptual model kebidanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah menunjukkan bahwa bidan adalah salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu yangmelahirkan. Peran dan posisi bidan dimasyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati, mendampingi, serta menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik. Sejak zaman pra sejarah, dalam naskah kuno sudah tercatat bidan dari Mesir yang berani ambil resikomembela keselamatan bayi-bayi laki-laki bangsa Yahudi yang diperintahkan oleh Firaun untuk di bunuh. Mereka sudah menunjukkan sikap etika moral yang tinggi dan takwa kepada Tuhan dalam membela orang-orang yang berada dalam posisi yang lemah, yang pada zaman modern ini, kita sebut peran advokasi. Bidan sebagai pekerja profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan serta kode etik yang dimilikinya. Konseptual model asuhan kebidanan adalah suatu bentuk pedoman/acuan yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan dipengaruhi oleh filosofi yang dianut bidan(filosofi asuhan kebidanan ) meliputi unsur-unsur yang terdapat dalam paradigma kesehatan(manusia-prilaku,lingkungan dan pelayanan kesehatan. Secara umum teori dan konsep adalah hal yang berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam pelayanan kebidanan ,teori-teori yang digunakan dalam praktik kebidanan berasal dari konseptual model kebidanan. Konsep atau teori adalah gambaran tentang objek dari suatu kejadian atau objek dari suatu kejadian atau objek yang digunakan oleh peneliti untuk menggambarkan fenomena sosial yang menarik perhatiannya. Konseptual model merupakan gambaran abstrak suatu ide yang menjadi dasar suatu disiplin ilmu. Konseptual model dapat memberikan gambaran abstrak atau ide yang mendasari disiplin ilmu dan kemudian diterapkan sesuai bidang masing-masing. Model asuhan kebidanan ini sebagai tolak ukur bagi bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada klien sehingga akan terbina suatu partnership dalam asuhan kebidanan. Dengan ini diharapkan profesi kebidanan akan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi yang mengutamakan upaya-upaya promotif dan preventif. Dalam memberikan pelayanan kebidanan model-model yang digunakan berbeda-beda. Selanjutnya dalam makalah ini akan dibahas mengenai model-model asuhan kebidanan. B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi model asuhan kebidana? 2. Bagaimana model-model dalam asuhan kebidanan? 3. Bagaimana teori model kebidanan? 4. Teori apa saja yang mempengaruhi model kebidanan? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi model asuhan kebidanan. 2. Untuk mengetahui model-model asuhan kebidanan dalam pelayanan kebidanan. 3. Untuk mengetahui teori kebidanan. 4. Untuk mengetahui teori apa saja yang mempengaruhi model-medel dalam asuhan kebidanan. D. Manfaat 1. Sebagai bahan tambahan pengetahuan bagi penyusun dan mahasiswa lainnya. 2. Sebagai bahan diskusi dalam tugas mata kuliah konsep kebidanan. 3. Sebagai tambahan referensi bagi tugas-tugas yang berkaitan dengan makalah ini. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konseptual Model kebidanan 1. Konsep adalah penopang sebuah teori yang menjelaskan tentang suatu teori yang dapat diuji melalui observasi atau penelitian. 2. Model adalah contoh atau peraga untuk menggambarkan sesuatu. 3. Model kebidanan adalah suatu bentuk pedoman atau acuan yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan. B. Konseptual Model 1. Gambaran asbtrak suatu ide yang menjadi dasar suatu disiplin ilmu. 2. Menunjukkan pada ide global tentang individu, kelompok, situasi, dan kejadian yang menarik untuk suatu ilmu. 3. Model memberi kerangka untuk memahami dan mengembangkan praktek untuk membimbing tindakan dalam pendidikan untuk mengidentifikasi pertanyaan yang harus dijawab dalam penelitian. 4. Model dalam kebidanan berdasarkan pada empat elemen: a. Orang (wanita, ibu, pasangan, dan orang lain) b. Kesehatan c. Lingkungan d. Kebidanan C. Kegunaan Model 1. Untuk menggambarkan beberapa aspek (kongkrit maupun abstrak) dengan mengartikan persamaannya seperti struktur, gambar, diagram dan rumus. 2. Merupakan gagasan mental sebagai bagian teori yang memeberikan bantuan ilmu – ilmu sosial dalam mengkonsep dan menyamakan aspek – aspek dalam aspek sosial ( Galt dan Smith, 1976). 3. Menggambarkan sebuah kenyataan, gambaran abstrak sehingga banyak digunakan oleh disiplin ilmu lain sebagai parameter garis besar praktek (Berner, 1984) Model kebidanan dapat digunakan untuk: 1. Menyatukan data secara lengkap a. Tindakan sebagai bantuan dalam komunikasi antara bidan dan pimpinan b. Dalam pendidikan untuk mengorganisasikan program belajar c. Untuk komunikasi bidan dengan klien 2. Menjelaskan siapa itu bidan, apa yang dikerjakan, keinginan, dan kebutuhan untuk: a. Mengembangkan profesi b. Mendidik mahsiswa bidan c. Komunikasi dengan klien dan pimpinan D. Komponen Dan Macam Model kebidanan Model kebidanan dibagi menjadi lima komponen yaitu: 1. Memonitor kesejahteraan ibu. 2. Memepersiapkan ibu dengan memberikan pendidikan dan konseling. 3. Intervensi teknologi seminimal mungkin. 4. Mengidentifikaasi dan member bantuan obstetric. 5. Lakukan rujukan. Beberapa Macam Model Kebidanan 1. Model dalam mengkaji kebutuhan dalamk praktek kebidanan Model ini memiliki 4 unit penting yaitu: a. Ibu dan keluarga b. Konsep kebutuhan c. Partnership d. Faktor kedokteran dan keterbukaan 2. Model medical • Merupakan salah satu model yang dikembangkan untuk membantu manusia dalam memahami proses sehat sakit dalam arti kesehatan. • Tujuannya adalah sebagai kerangka kerja untuk pemahaman dan tindakan sehingga dipertanyakan dalam model ini adalah ”dapatkah dengan mudah dipahami dan dapatkah dipakai dalam praktek?” 3. Model dalam sehat untuk semua (Health For All- HFA) • Model ini dicetuskan oleh WHO dalam deklarasi Ama Ata pada tahun 1978. Focus pelayanan ditujukan pada wanita, keluarga dan masyarakat serta sebagai sarana komunikasi dari bidan-bidan Negara lain. Tema HFA menurut Euis dan Simmer (1992): a. Mengurangi ketidaksamaan kesehatan. b. Perbaikan kesehatan melalui usaha promotif dan preventif. c. Partisipasi masyarakat. d. Kerja sama yang baik pemerintah dengan sector lain yang terkait. e. Primary Healt Care (PHC) adalah dasar pelayanan utama dalam system pelayanan kesehatan. PHC adalah pelayanan kesehatan pokok yang didasarkan pada praktek, ilmu pengetahuan yang logis dan metode sosial yang tepat serta teknologi universal yang dapat diperoleh oleh individu dan keluarga dalam komunitas melaui partisipasi dan merupakan suatu valaue dalam masyarakat dan Negara yang mampu menjaga setiap langkah perkembangan berdasarkan kepercayaan dan ketentuannya. Dalam model HFA dan definisi PHC terdapat lima konsep (WHO, 1998): a. Hak penentuan kesehatan oleh cakupan populasi universal dengan penyedia asuhan berdasarkan kebutuhan. b. Pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dimana pelayanan dapat memenuhi segala macam tipe-tipe kebutuhan yang berbeda harus disediakan dalam satu kesatuan. c. Pelayanan harus efektif, dapat diterima oleh norma, dapat menghasilkan dan diatur yaitu pelayanan harus dapat memenuhi kebutuhan yang dapat diterima oleh masyarakat dan pelayanan harus dimonitor dan diatur secara efektif. d. Komunitas harus terlibat dalam pengembangan, penetuan pemonitoran pelayan yaitu penentuan asuhan kesehatan merupakan tanggung jawab semua komunitas dan kesehatan dipandang sebagai faktor yang berperan untuk pengembangan seluruh lapisan masyarakat. e. Kolaborasi antar sekolah untuk kesehatan itu sendiri dan pelayanan kesehatan tidak dapat bergantung pada pelayanan ksehatan saja tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: perumahan, populasi lingkungan, persediaan makanan dan metode publikasi. 4. Model Sistem Maternitas Di Komunitas Yang Ideal. University Of Southeer Queensland • Model korikulum konseptual partnership dalam praktek kebidanan berdasarkan pada model pelayanan kesehatan dasar. • Partnership kebiudanan adalah sebuah filosofi prosfektif dan suatu model kepedulian sebagai model pilosofi prospektif yang berpendapat bahwa wanita dan bidan dapat berbagi pengalaman dalam proses persalinan. • Persalinan merupakan proses yang sangat normal. • Sebuah hubungan partnership menggambarkan dua orang yang bekerja sama dan saling menguntgungkan. • Bidan bekerja keras bahwa bidan tidak memaksakan suatu tindakan melainkan membangtu wanita untuk mengambil keputusan sendiri. • Konsen wanita dalam asuhan kebidanan meliputi mitra perempuan tersebut, keluarga, kolompok dan budaya. • Konsep bidan dalam asuhan kebidanan meliputi bidan itu sendiri, mitranya atau keluarga, budaya/sub kultur bidan tersebut dan wewenang professional bidan. • Dengan membentuk hubungan antara bidan dan wanita akan membawa mereka sendiri sebagai manusia sebagai hubungan partnership yang mana akan mereka gunakan dalam terapeutik. Bidan harus mempunyai self knowning, self nursing, dan merupakan jaringan pribadi dan kolektif yang mendukung. • Sebagai model of care the midwifery partnership didasarkan pada prinsip midwifery care berikut ini: a. Mengakui dan mendukung adanya keterkaitan antara badan, pikiran, jiwa, fisik, dan lingkungan culture sosial (holism). b. Berasumsi bahwa mayoritas kasus wanita yang bersalin dapat ditolong tanpa adanya intervensi. c. Mendukung dan meningkatkan proses persalinan alami tersebut. d. Bidan menggunakan suatu pendekatan pemecahan masalah dengan seni dan ilmu pengetahuan. e. Relationship-based dan berkesinambungan dalam motherhood. f. Women centered dan bertukar pikiran antara wanita g. Kekuasaan wanita yaitu berdasarkan tanggung jawab pertama bersama untuk suatu pengambilan suatu keputusan, tetapi wanita mempunyai control atas keputusan terakhir mengenai keadaan diri dan bayinya. h. Dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup praktek individu: dengan persetujuan wanita bidan merujuk fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. E. Teori Model Kebidanan 1. Ruper, Lagan dan Tietney Activity of Living Model: Model yang dipengaruhi oleh Virginia Henderson Model. Terdiri dari 4 elemen: a. Rentang kehidupan. b. Aktivitas kehidupan. c. Ketergantungan atau kebebasan individu. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas individu. Dalam model ini diidentifikasi adanya 11 macam kebutuhan manusia sebagai proses kehidupan yaitu: a. Mempertahankan lingkungan yang aman. b. Komunikasi c. Bernafas d. Makanan dan minuman e. Eliminasi f. Berpakaian dan kebersihan diri g. Pengaturan suhu tubuh. h. Mobilisasi i. Bekerja dan bermain j. Seksualitas k. Tidur 2. Rosermary Methuen Merupakan aplikasi dari Oream dan Hendeson, model terhadap asuhan kebidanan, dimana dalam system perawatan ada 5 metode pemberian bantuan yaitu: a. Mengerjakan untuk klien. b. Membimbing klien. c. Mendukung klien (secara fisik dan psikologi) d. Menyediakan lingkungan yang mendukung kemampuan klien untuk memenuhi kebutuhan sekarang dan masa akan datang. e. Mengajarkan klien. Para bidan adalah mengidentifikasi masalah klien dan melakukan sesuatu untuk membantu klien untuk memenuhi kebutuhannya. Mamfaat dari model ini menurut Methuen adalah sebagai bukti praktek pengkajian kebidanan yang tidak didasarkan pada kerangka kerja dari tradisi manapun. Sebagai dasarnya adalah kesehatan bukan kesakitan sehingga asuhan yang diberikan efektif bagi ibu dan memberikan kebebasan pada bidan untuk melakukan asuhan. 3. Roy Adaption Model Pencetusnya adalah suster Callista Roy (1960), sebagai dasarnya mahluk biopsikososial yang berhubungan dengan lingkungan. Dikemukakan tiga macam stimulasi yang mempengaruhi adaptasi kesehatan dari individu, yaitu: a. Vocal stimuli Yaitu stimuli dari lingkungan di dekat individu, contohnya: kesehatan bayi akan mempengaruhi ibu baru saja melakukan fungsinya. b. Kontekstual stimuli Yaitu faktor-faktor umum yang mempengaruhi wanita. Contohnya: kondisi kehidupan yang buruk. c. Residual stimuli Yaitu faktor internal meliputi kepercayaan, pengalaman, dan sikap. Model kebidanan ini berguna bagi bidan dalam melakukan pengkajian secara menyuluruh (holistic). 4. Neman System Model Yaitu model yang merupakan awal dari kesehatan individu dan komunitas (system klien) yang digambarkan sebagai pusat energy yang dikelilingi oleh garis kekuatan dan pertahanan. a. Pusatnya adalah variabel fisiologis, psikologis, sosial cultural, dan spiritual. b. Garis kekuatan adalah kemampuan system klien untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. c. Garis pertahanan menunjukkan status kesehatan umum dari individu. F. Teori yang Mempengaruhi Model Kebidanan Sejarah kebidanan berjalan panjang panjang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan serta kebutuhan masyarakat. Model dalam kebidanan mengadopsi dari beberapa model lainnya dan berdasarkan teori yang sudah ada yaitu diantaranya teori Reva Rubin, sehingga tercipta sebuah model kebidanan yang sesuai dengan filosofi kebidanan baik dari segi bidan sebagai profesi maupun wanita dan keluarga sebagai focus pelayanan asuhan kebidanan. Model asuhan kebidanan ini sebagai tolak ukur bagi bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada klien sehingga akan terbina suatu partnership dalam asuhan kebidanan. Dengan ini diharapkan profesi kebidanan akan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi yang mengutamakan upaya-upaya promotif dan preventif. 1. Teori Reva Rubin Rubin merupakan perawat kebidanan yang penelitiannya telah digunaka secara luas di Amerika Serikat. Tujuan penelitian: mengidentifikasi bagaimana seorang wanita melaksanakan perannya sebagai ibu dan hal apa sajakah yang mempengaruhinya,baik yang bersifat positif maupun negative. Metode penelitian : Data dikumpulkan oleh siswa bidan yang merawat wanita di klinik antenatal dan post natal melalui wawancara secara langsung atau via telepon yang berlangsung selama 1-4 jam pada sekitar 6000 wanita (yang terus dikembangkan selama 20 tahun). Hasil penelitian: Proses pelaksanaan peran ibu terjadi saat kehamilan sampai 6 bulan satelah melahirkan. Teori Reva Rubin menekan pada pencapaian peran sebagai ibu, untuk mencapai peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktivitas atau latihan. Dengan demikian, seorang wanita terutama calon ibu dapat mempelajari peran yang akan di alaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi khususnya perubahan psikologis dalam kehamilan dan setelah persalinan. Menurut Reva Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki harapan-harapan antara lain: a. kesejahteraan ibu dan bayi b. Penerimaan dari masyarakat c. Penentuan identitas diri d. Mengetahui tentang arti memberi dan menerima. Perubahan umum pada perempuan hamil: a. Ketergantungan dan butuh perhatian b. Membutuhkan sosialisasi Rubin menyimpulkan usaha-usaha yang dilakukan wanita hamil bertujuan untuk: a. Memastikan keselamatan, kesejahteraan diri dan bayinya b. Memastikan penerimaan masyarakat c. Penentuan gambaran dan identitas diri d. Mengerti tentang arti member dan menerima. Tujuan perawatan selama kehamilan dan setelah persalinan dijelaskan lebih lanjut oleh JOSTEN (1981), sebagai berikut: a. Memastikan kesehatan dan keselamatan fisik diri dan bayinya. b. Penerimaan masyarakat terutama orang-orang yang sangat berarti bagi keduanya. c. Kedekatan dengan bayi d. Pemahaman tentang banyak hal bagaimana menjadi ibu. Tahap_tahap psikologis yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam mencapai peran nya: a. Anticipatory Stage Seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak yang lain. b. Honeymoon Stage ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang dijalaninya. Pada tahap ini ibu memerlukan bantuan dari anggota keluarga yang lain. c. Plateu stage Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang ibu. Pada tahap ini ibu memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu kemudian melanjutkan sendiri. d. Disengagement Merupakan tahap penyelesain latihan peran sudah berakhir. Terdapat 3 elemen penting dalam proses pelaksanaan peran ibu, yaitu: 1. Ideal image, sebuah gambaran ideal/positif mengenai wanita yang berhasil melaksanakan perannya sebagai ibu dengan baik. 2. Self image, gambaran mengenai dirinya sendiri yang dihasilkan melalui pengalamannya. 3. Body image, perubahan yang terjadi pada tubuh wanita selam proses kehamilan. Proses pelaksanaan peran seorang ibu, melalui tahap: 1. Mimicry (peniruan). Weanita meniru perilaku wanita lain (yang pernah hamil) dengan melihat, mendengar, dan merasakan pengalaman menjadi seorang ibu. Misalnya, apa yang dilakukan saat persalinan, bagaiman pertumbuhan bayi pada hari-hari pertama, dan sebaginya. 2. Role play (mencoba bermain peran). Menciptakan kondisi di masa yang akan datang dengan sengaja. Misalnya, berlatih merawat bayi dengan menjadi babysitter (pengasuh anak) untuk teman anaknya, mencoba menyuapi anak kecil, dan sebagainya. 3. Fantacy (mengkhayal). Wanita mengkhayalkan dirinya dimasa yang akan datang. Misalnya, akan seperti apa proses persalinannya nanti,baju apa yang akan dikenakan bayinya nanti, dan sebagainya. 4. Introjection-projection-rejection (pengolahan pesan). Wanita mencoba mengolah pesan dan mencoba membandingkan gambaran ideal tentang seorang ibu dengan keadaan dirinya. Dalam fase ini dapat terjadi proses penerimaan dan penolakan. Misalnya, saat ibu memandikan bayinya dirumah berdasarkan apa yang dipelajarinya di rumah sakit atau di tempat lainnya. 5. Grief-work (evaluasi). Wanita tersebut mengevaluasi hasil tindakannya di masa lalu dan menghilangkan tindakan yang ia anggap sudah tidak tepat lagi. Beberapa tahapan aktifitas penting sebelum seseorang menjadi seorang ibu: a. Taking on (tahapan meniru) Seorang wanita dalam pencapaiaan sebagai ibu akan memulainya dengan meniru dan melakukan peran seorang ibu. b. Taking in Seorang wanita sedang membayangkan peran yang dilakukannya . introjektion, projection dan rejection merupakan tahap di mana wanita membedakan model-model yang sesuai dengan keinginannya. c. Letting go Wanita mengingat kembali proses dan aktifitas yang sudah di lakukannya. Pada tahap ini seorang akan meninggalkan perannya di masa lalu. Keberhasilan masa transisi menjadi orang tua pada masa post partum di pengaruhi oleh: • Respon dan dukungan dari keluarga. • Hubungan antara melahirkan dengan harapan-harapan. • Pengalaman melahirkan dam membesarkan anak yang lalu • Budaya Reva rubin mengklasifikasikan tahapan ini menjadi tiga tahap yaitu: a. Periode taking in (hari pertama hingga kedua setelah melahirkan)  Ibu masih pasif dan tergantung pada orang lain  Perhatian ibu tertuju pada ke khawatiran pada perubahan tubuhnya.  Ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman ketika melahirakan.  Memerlikan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh kekondisi normal.  nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan nutrisi. Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal. b. Periode taking hold (hari kedua hingga ke empat setelah melahirkan)  Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan tanggung jawab akan bayinya.  Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB dan daya tahan tubuh.  Ibu cenderung terbuka menerima nasihat bidan dan kritikan pribadi.  Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti menggendong, menyusui, memandikan dan mengganti popok.  Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu membesarkan bayinya c. Periode letting go  Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan di pengaruhi oleh dukungan serta perhatian keluarga.  Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memahami kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu dalam kebebasan dan hubungan social 2. Teori Ramona T Mercer Mercer merupakan salah satu murid Reva Rubin yang telah menghasilkan banyak karya ilmiah. Sepanjang kariernya Mercer melakukan dua penelitian yaitu efek stress antepartum pada keluarga dan pelaksanaan peran ibu. Mercer seperti ditulis Chalmers et al (1981) juga menjelaskan bahwa dukungan selama hamil akan memberi pengaruh baik pada keadaan berikut: • Keterbatasan sosial seseorang. • Kurangnya dukungan sosial. • Minimnya “self esteem” diantara para ibu. a. Penelitian I Stress Anterpartum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman negative dari hidup seorang wanita, tujuan asuhan yang di berikan adalah : memberikan dukungan selama hamil untuk mengurangi ketidak percayaan ibu. Tujuan penelitian: mengetahui hubungan antara stress antepartum dengan hubungan/fungsi dalam keluarga. Metode penelitian: Sampel penelitian adalah ibu hamil dengan risiko tinggi yang masuk rumah sakit dibandingkan dengan ibu hamil dengan risiko rendah. Usia kehamilan antara 24-34 minggu. Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai ibu tersebut bersama pasangannya. Hasil penelitian : Terdapat enam variable yang terkait dengan fungsi keluarga yaitu: 1) Stress antepartum yang disebabkan kombinasi dari peristiwa masa lalu yang tiak menyenangkan dan risiko kehamilan. 2) Dukungan sosial. 3) Harga diri 4) Kontrol diri 5) Kegelisahan 6) Depresi Hubungan antara keenam variable itu adalah sebagai berikut: 1) Stress antepartum yang diakibatkan peristiwa masa lalu yang tidak menyenangkan dan risiko kehamilan diperkirakan memiliki efek negatif terhadap harga diri dan status kesehatan. 2) Harga diri, status kesehatan dan dukungan sosial diperkirakan memiliki efek yang positif terhadap kontrol diri. 3) Kontrol diri diperkirakan memiliki efek negatif terhadap kegelisahan dan depresi yang pada akhirnya memberi efek negatif terhadap fungsi keluarga. Maternal role menurut mercer adalah bagaimana seorang ibu mendapatkan identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan penjabaran yang lengkap dengan dirinya sendiri. b. Penelitian II Tujuan penelitian: mengetahui fakto-faktor yang mempengaruhi proses pelaksanaan peran ibu. Hasil penelitian: Proses ini terjadi 3-10 bulan setelah bayi lahir, dalam proses tersebut terdapat sebelas variable yang mempengaruhi proses pelaksanaan peran sebagai seorang ibu. Pencapaian Peran Ibu. Peran ibu dapat di capai bila ibu menjadi dekat dengan bayinya termasuk mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran, lebih lanjut mercer menyebutkan tentang stress anterpartum terhadap fungsi keluarga, baik yang positif ataupun yang negative. Bila fungsi keluarganya positif maka ibu hamil dapat mengatasi stress anterpartum, stress anterpartum karena resiko kehamilan dapat mempengaruhi persepsi terhadap status kesehatan, dengan dukungan keluarga dan bidan maka ibu dapat mengurangi atau mengatasi stress anterpartum. Perubahan yang terjadi pada ibu hamil selama masa kehamilan (Trisemester I, II dan III) merupakan hal yang fisiologis sesuai dengan filosofi asuhan kebidanan bahwa menarche, kehamilan, nifas, dan monopouse merupakan hal yang fisiologis. Perubahan yang di alami oleh ibu, selama kehamilan terkadang dapat menimbulkan stress anterpartum, sehingga bidan harus memberikan asuhan kepada ibu hamil agar ibu dapat menjalani kehamilannya secara fisiologis (normal), perubahan yang di alami oleh ibu hamil antara lain adalah: • Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian sehingga dapat berperan sebagai calon ibu dan dapat memperhatikan perkembangan bayinya. • Ibu memerlukan sosialisasi. • Ibu cenderung merasa khawatir terhadap perubahan yang terjadi pada tubuhnya. • Ibu memasuki masa transisi yaitu dari masa menerima kehamilan kehamilan ke masa menyiapkan kelahiran dan menerima bayinya. Empat tahapan dalam melaksanakan peran ibu menurut Mercer: 1. Anticipatory Saat sebelum wanita menjadi ibu, di mana wanita mulai melakukan penyesuaian social dan psikologis dengan mempelajri segala sesuatuyang di butuhkan untuk menjadi seorang ibu. 2. Formal Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya, bimbingan peran di butuhkan sesuai dengan kondisi system social. 3. Informal Di mana wanita telah mampu menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan perannya. 4. Personal Merupakan peran terakhir, di mana wanita telah mahir melakukan perannya sebagai ibu Sebagai bahan perbandingan, Reva Rubin menyebutkan peran ibu telah di mulai sejak ibu menginjak kehamilan pada masa 6 bulan setelah melahirkan, tetapi menurut Mercer mulainya peran ibu adalah setelah bayi bayi lahir 3-7 bulan setelah dilahirkan. Wanita dalam menjalankan peran ibu di pengaruhi oleh faktor –faktor sebagai berikut: 1. Faktor ibu • Umur ibu pada saat melahirkan. • Persepsi ibu pada saat melahirkan pertama kali. • Stress social • Memisahkan ibu pada anaknya secepatnya • Dukungan social • Konsep diri • Sifat pribadi • Sikap terhadap membesarkan anak • Status kesehatan ibu 2. Faktor bayi • Temperament • Kesehatan bayi • Faktor-faktor lainnya 3. Latar belakang etnik 4. Status pekawinan 5. Status ekonomi Dari faktor social support, mercer mengidentifikasikan adanya empat factor pendukung: 1. Emotional support Yaitu perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya dan mengerti. 2. Informational support Memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan ibu sehingga dapat membantu ibu untuk menolong dirinya sendiri. 3. Physical support Misalnya dengan membantu merawat bayi dan memberikan tambahan dana 4. Appraisal support Ini memungkinkan individu mampu mengevaluasi dirinya sendiri dan pencapaiaan peran ibu Mercer menegaskan bahwa umur, tingkat pendidikan, ras, status perkawinan, status ekonomi dan konsep diri adalah faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam pencapaiaan peran ibu. Peran bidan yang di harapkanoleh mercer dalam teorinya adalah membantu wanita dalam melaksanakan tugas dan adaptsi peran dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaiaan peran ini dan kontribusi dari stress antepartum. 3. Teori Jean ball Teori kursi goyang , keseimbangan emosional ibu. Tujuan asuhan maternitas agar ibu mampu melaksanakan tugasnya sebagai ibu baik fisik maupun psikologis. Ada dua teori Jean ball yaitu: a. Teori stress b. Teori dasar Hipotesa Ball, respon emotional wanita terhadap perubahan yang terjadi bersamaan dengan kelahiran anak yang mempengaruhi personality seseorang dan dengan dukungan yang berarti mereka mendapatkan sistem keluarga dan sosial. Persipan yang telah di lakukan bidan pada masa postnatal akan mempengaruhi respon emotional wanita terhadap perubahan akibat proses kelahiran tersebut. Kesejahteraan wanita setelah melahirkan tergantung pada personality dan kepribadian, sistem dukungan pribadi dan dukungan dari pelayanan maternitas. Ball menemukan teori kursi goyang terdiri dari beberapa elemen, yaitu: 1. Dasar kursi dibentuk oleh pelayanan kebidanan yang berpijak pada pandangan masyarakat tentang keluarga. 2. Topangan kanan kiri adalah kepribadian wanita, pengalaman hidup. 3. Topangan tengah (yang menyangga kursi dari belakang kanan-kiri) adalah keluarga dan support system. 4. Tempat duduk menggambarkan kesejahteraan maternal, yang tergantung pada efektifitas elemen-elemen sebagai berikut: a. Jika deck chair tidak ditegakkan dengan benar, maka ia akan kolaps/jatuh pada saat diduduki. b. Jika kursi tidak diletakka pada lantai yang kuat maka kursi akan jatuh. c. Jika bagian-bagiannya tidak cocok satu sama lain mungkin dapat saja menyangga, namun yang menduduki merasa tidak nyaman dan mengalami ketegangan. Keseimbangan emosional seorang wanita tergantung pada ketiga elemen tersebut di atas. 4. Teori Ernestine Wiedenbach Ernestine adalah seorang perawat kebidanan yang sangat tertarik pada masalah seputar keperawatan maternitas yang terfokus pada keluarga (Family-Centered Maternity Nursing). Konsep yang dihasilkan oleh Ernestine bukan hasil penelitian, melainkan hasil pemikirannya yang dituangkan dalam bukunya. Konsep yang luas menurut Wiedenbach (1967) yang nyata ditemukan dalam keperawatan yaitu: a. The Agent (bidan, perawat dan sebagainya). Ernestine mengutarakan empat konsep yang mempengaruhi praktik keperawan, yaitu: filosofi, tujuan, praktik dan seni. (Releigh, 1989 dan Wiedenbach, 1964). Selain itu juga dikemukakan tiga poin dasar dalam filosofi keperawatan/kebidanan yaitu: 1) Menghargai atas kehidupan yang telah diberikan. 2) Menghargai sebuah kehormatan, suatu yang berharga, otonomi dan individualisme pada setiap orang 3) Resolusi dalam menerapkan dinamisasi terhadap orang lain. (Raleigh, 1989) 4) Filosofi yang dikemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan bayi yang segera, untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan untuk menjadi orang tua. b. The Recipient (penerima; wanita, keluarga masyarakat). Individu penerima harus dipandang sebagai seseorang yang kompeten dan mampu melakukan segalanya sendiri. c. The Goal/purpose (tujuan). Di sesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu dengan memperhatikan tingkah laku fisik, emosional atau fisiologikal d. The Means Metode untuk mencapai tujuan asuhan kebidanan ada empat tahapan yaitu: 1) Identifikasi kebutuhan klient, memerlukan keterampilan dan ide. 2) Memberikan dukungan dalam mencapai pertolongan yang di butuhkan (ministration). 3) Memberikan bantuan sesuai kebutuhan (validation). 4) Mengkoordinasi tenaga yang ada untuk memberikan bantuan (coordination). e. Framework (kerangka kerja); lingkungan sosial, organisasi dan professional. 5. Teori Ela Joy Lehrman Latar belakang yang dilakukan Lehrman adalah ia melihat semakin luasnya cakupan tugas yang diberikan kepada bidan, sehingga ia memiliki keinginan agar bidan dapat melihat semua aspek praktik dalam memberikan asuhan pada wanita hamil dan memberikan pertolongan pada persalinan. Lehrman ingin menjelaskan bahwa interaksi antara bidan dan wanita ada perbedaan antara apa yang dialami/dirasakan wanita dengan kemampuan bidan dalam mengaplikasikan konsep kebidanan. Tujuan penelitian: Mengidentifikasi komponen-komponen yang saling mempengaruhi dalam praktik kebidanan. Hasil penelitian: Terdapat delapan komponen yang termasuk dalam praktik kebidanan yaitu : a. Perawatan berkelanjutan. b. Perawatan yang terpusat pada keluarga. c. Pendidikan dan konseling menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perawatan d. Perawatan tanpa intervensi e. Fleksibilitas dalam perawatan f. Perawatan yang bersifat partisipatif g. Advokasi pada klien h. Waktu Delapan komponen yang dibuat oleh Lehrman ini kemudian di uji coba oleh Morten (1991) pada pasien postpartum. Dari hasil penelitian tersebut Morten menambahkan tiga komponen lagi kedalam 8 komponen yang telah dibuat oleh Lehrman, yaitu: a. Tehnik teraputik Proses komunikasi sangat bermanfaat dalam proses perkembangan dan penyembuhan. Tehnik teraputik dapat dilakukan dengan menunjukan sikap: mendengar yang aktif, mengkaji dan mengklarifikasi masalah, humor (tidak bersikap kaku), tidak menuduh-nuduh, jujur, mengakui kesxalahan, memfasilitasi klien, dan menghargai hak klien. b. Pemberdayaan (empowerment) Suatu proses member kekuasaan dan kekuatan. Bidan melalui penampilan dan pendekatannya akan meningkatkan kemampuanpasien dalam mengoreksi, memvalidasi, menilai dan member dukungan. c. Hubungan sesama (lateral relationship) Menjalin hubungna yang baik terhadap klien, bersikap terbuka, sejalan dengang klien sehingga antara bidan dank lien terbina hubungan saling percaya yang harmonis. Misalnya dengan bersikap empati atau berbagi pengalaman. 6. Teori Oream Oream mengemukakan 2 macam teori: a. Self Care teory Teori ini menekan bahwa setiap orang mempunyai kebutuhan untuk merawat dirinya sendiri dan berhak untuk memenuhi kebutuhannya sendiri kecuali jika tidak memungkinkan, orang yang biasa memenuhi kebutuhan Self Care sendiri disebut Self Care Agent. Sedangkan bagi bayi, anak, orang sakit berat atau tidak sadar, keluarga atau orang tua merupakan Dependent Care Agent. Kebutuhan Self Care dibagi menjadi 3 kategori: 1. Universal Self Care Disebut dasar manusia yaitu meliputi: kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi, keseimbangan aktivitas dan istirahat. 2. Development Self Care Kebutuhan yang timbul menurut tahap perkembangan individu dan lingkungan dimana individu tersebut berada, sehingga kebutuhan ini dihubungkan dengan siklus kehidupan manusia. 3. Health Deviation Self Care Kebutuhan yang ada jika seseorang kesehatannya tergantung yang mengakibatkan perubahan perilaku Self Care. b. Self Care Difisit Theory Bila individu mampu untuk memenuhi tuntutan Self Care maka kebutuhan untuk merawat dirinya sendiri akan terpenuhi, tetapi bila tuntutan lebih besar dari kemampuannya maka akan terjadi ketidakseimbangan yang disebut Self Care Defisit. Hal ini merupakan inti dari teory Oream sehingga dapat ditentukan kapan asuhan kebidanan itu dibutuhkan. Tujuan untuk memenuhi kebutuhan Self Care dapat dicapai dengan cara: 1) Menurunkan kebutuhan Self Care ke tahap dimana pasien dapat memenuhinya. 2) Meningkatkan kemampuan pasien untuk dapat memenuhi Self Care. 3) Mengizinkan keluarga atau orang lain untuk memberikan Dependent Care bila Self Care tidak memungkinkan. 4) Jika hal tersebut tidak dapat dilaksanakan maka bidan yang akan melaksanakannya. Bantuan yang dapat diberikan adalah berupa: berperan atau melakukan, mengajak, membimbing, mendukung, dan menciptakan lingkungan yang akan menunjang tumbuh kembang. Untuk dapat memberikan maka bidan harus memperhatikan lima aspek penting yaitu: a. Menjalin hubungan baik dengan pasien dan keluarga sampai kelompok tersebut mampu melaksanakan asuhan sendiri. b. Menentukan bantuan yang dibutuhkan pasien. c. Memberikan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. d. Merencanakan bantuan langsung bersama pasien dan keluarga. e. Mengintegrasikan asuhan dengan kegiatan sehari-hari pasien dan pelayanan kesehatan lainnya sehingga untuk memberikan bantuan kepada pasien diperlukan pengetahuan tentang manusia, kebutuhan Self Care, Self Care Defisit, dan menerapkan lima teori bantuan. G. Model kebidanan di beberapa Negara 1. United kingdom • Bidan inggris menuntut adanya pelayanan mandiri, menolak medical karena menganggap tidak cocok dengan praktek kebidanan. • Mereka lebih banyak menggunakan Oream self Care Model. • Keuntungan bagi wanita adalah menempatkan kebutuhan wanita sebagai prioritas utama, wanita berhak memilih asuhan yang diinginkan dan rencana kelahirannya. • Keuntungan bagi bidan adalah memudahkan bidan dalam memberikan asuhan yang berkesinambungan dan menerapkan woman center care, memudahkan dalam melakukan asuhan mandiri dan komperehensif pada ibu, bayi dan keluarga. 2. Australia • Menggunakan model partnership kebidanan dimana wanita sebagai partner bidan dalam berbagi pengalaman tentang proses melahirkan dan melahirkan adalah proses yang normal dalam kebidanan. • Prinsip-prinsip yang mendasari partnership dalam kebidanan adalah: - Mengetahui dan mendukung kesatuan antara tubuh, pikiran dan jiwa, lingkungan fisik dan sosial budaya (suatu yang holistic) - Sebagian besar wanita dapat melahirkan bayi tanpa intervensi - Mendukung proses alamiah dalam tubuh - Pelayanan kebidanan adalah seni dan ilmu, pendekattan pemecahan masalah digunakan bila diperlukan. - Pelayanan kebidanan dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup praktek. Individu yang mengacu pada wanita dan petugas kesehatan lain jika dibuthkan. 3. New Zaeland • Menggunakan partnership bidan dengan ibu. Adapun filosopi yang mendasari hubungan ini adalah : - Kehamilan dan persalinan adalah proses kehidupan yang normal - Tugas kebidanan secara professional adalah pendamping ibu dalam kehamilan, persalinan dan periode postnatal normal. - Kebidanan memberikan pelayanan kepada wanita secara berkesinambungan. - Kebidanan berpusat pada wanita. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Model asuhan kebidanan ini sebagai tolak ukur bagi bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada klien sehingga akan terbina suatu partnership dalam asuhan kebidanan. Dengan ini diharapkan profesi kebidanan akan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi yang mengutamakan upaya-upaya promotif dan preventif. Beberapa Macam Model Kebidanan 1. Model dalam mengkaji kebutuhan dalamk praktek kebidanan 2. Model medical 3. Model dalam sehat untuk semua (Health For All- HFA) 4. Model Sistem Maternitas Di Komunitas Yang Ideal Beberapa teori yang mempengaruhi model kebidanan diantaranya adalah: 1. Reva rubin mengenai pencapaian peran ibu. 2. Teori Ramona Mercer menjelaskan tentang stress antepartum dan pencapaian peran ibu. 3. Teori Ernestine Wiedenbach tentang konsep realitas keperawatan. 4. Teori Ela Joy Lerhman dan Morten. 5. Teori Jean Ball dikenal dengan teori kursi goyang. 6. Teori Oream. B. Saran Sebagai saran bagi mahasiswa kebidanan diharapkan untuk dapat mempelajari teori dari model asuhan kebidanan yang ada sehingga memiliki panduan teori dalam memberikan pelayanan kebidanan. Untuk penyusun makalah selanjutnya mungkin dapat menambah hal-hal lain dalam makalahnya sehingga lebih sempurna lagi pembahasannya mengenai model asuhan kebidanan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. “Teori Kebidanan Dan Model Konseptual Asuhan Kebidanan Yang Mempengaruhi Asuhan Kebidanan”, (Online) (http://Dewi-Malasari.Blogspot.Com/2011/10/Teori-Kebidanan-Dan-Model-Konseptual.Html, diakses tanggal 30 April 2011). Anonim. 2011. “Teori dan Model Konseptual Asuhan Kebidanan”, (Online), (http://izzatijannah.wordpress.com/2011/09/21/teori-model-konseptual-asuhan-kebidanan/, diakses tanggal 1 Mei 2012). Hidayat, Asri dkk. 2009. Catatan Kuliah Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. Soepardan, Suryani. 2005. Konsep Kebidanan. Cet. Pertama. Jakarta: EGC Sujianti dkk. 2009. Buku Ajar Konsep Kebidanan, Teori & Aplikasi. Cet. Pertama. Yogyakarta: Nuha Medika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar