BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui, uterus terdiri atas 3 lapisan otot polos yaitu lapisan luar longitudinal, lapisan dalam sirkular, dan diantara 2 lapisan ini terdapat lapisan dengan otot-otot yang beranyaman tikar. Berbeda dengan otot polos lainnya, pemendekan otot rahim lebih besar , tenaga dapat disebarkan kesegala arah dan karena susunannya tidak terorganisasi secara memanjang, hal ini memudahkan pemendekan, kapasitas utuk meningkatkan tekanan dan menyebabkan tidak bergantungnya pada letak atau presentasi janin.
(Sarwono prawirohardjo. 2009).
His yang sempurna bila terdapat kontraksi yang simetris, kontraksi paling kuat, atau adanya dominasi di fundus uteri, dan sesudah itu terjadi relaksasi. Pengetahuan fungsi uterus dalam masa kehamilan dan persalinan banyak di pelajari oleh Caldeyro-Barcia dengan memasukkan kateter polietilen halus ke dalam ruang amnion dan memasang mikrobalon di miometrium fundus uteri, di tengah-tengah corpus uteri dan di bagian bawah uterus, semuanya di sambung kateter polietilen halus ke pencatat ( electrometer ). Dengan demikian dapat diketahui bahwa otot-otot uterus tidak mengadakan relaksasi sampai 0, akan tetapi masih mempunyai tonus, sehingga tekanan didalam ruang amnion masih terukur antara 6-12 mm Hg. Pada tiap kontraksi tekanan tersebut meningkat disebut amplitude atau intensitas his yang mempunyai dua bagian peningkatan tekanan yang agak cepat dan penurunan tekanan yang agak lambat.
(Sarwono prawirohardjo 2009).
His (kontraksi) adalah serangkaian kontraksi rahim yang teratur karena otot-otot polos rahim yang bekerja dengan baik dan sempurna secara bertahap akan mendorong janin melalui serviks (rahim bagian bawah) dan vagina (jalan lahir), sehingga janin keluar dari rahim ibu.Kontraksi menyebabkan serviks membuka secara bertahap (mengalami dilatasi), menipis dan tertarik sampai hampir menyatu dengan rahim. Perubahan ini memungkinkan janin bisa lahir.His biasanya mulai dirasakan dalam waktu 2 minggu (sebelum atau sesudah) tanggal perkiraan persalinan.Penyebab yang pasti dari mulai timbulnya his tidak diketahui, mungkin karena pengaruh dari oksitosin (hormon yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisa dan menyebabkan kontraksi rahim selama persalinan).
(Lia Yulianti. 2010).
Persalinan biasanya berlangsung selama tidak lebih dari 12-14 jam (pada kehamilan pertama) dan pada kehamilan berikutnya cenderung lebih singkat (6-8jam). Kontraksi / his merupakan salah satu hal yang menunjang persalinan agar berjalan normal. Apabila terdapat kelainan dalam tenaga/ his dapat menyebabkan terganggunya proses persalinan yang akan berdampak pada ibu dan janin, adapun kelainan dalam tenaga/his akan di bahas dalam makalah ini dengan judul “Kelainan Tenaga / His.
(Sarwono prawirohardjo. 2009).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kelainan His ?
2. Apa etiologi dari kelainan His ?
3. Apa saja jenis-jenis dari kelainan His ?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini ialah agar pembaca dapat mengerti dan memahami materi dari makalah ini. Antara lain pengertian dari kelainan his, etiologi dari kelainan his, dan jenis-jenis dari kelainan his .
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan.Distosia karena kelainan tenaga / his adalah his yang tidak normal baik kekuatan maupun sifatnya sehingga menghambat kelancaran persalinan. Adapun cirri-ciri dari his normal adalah sebagai berikut :
1. Tonus otot rahim diluar his tidak seberapa tinggi, lalu meningkatkan pada waktu his. Pada kala pembukaan serviks ada 2 fase : fase laten dan fase aktif yang menurut friedman.
2. Kontraksi rahim dimulai pada salah satu tanduk rahim, sebelah kanan atau kiri, lalu menjalur keseluruh otot rahim.
3. Fundus uteri berkontraksi lebih dulu ( fundal dominan ) lebih lama dari bagian-bagian lain. Bagian tengah berkontraksi agak lebih lambat, lebih singkat dan tidak sekuat kontraksi fundus uteri bagian bawah ( segmen bawah rahim ) dan serviks tetap pasif atau hanya berkontraksi sangat lemah.
4. Sifat-sifat his : lamanya, kuatnya, keteraturannya, seringnya, dan relaksasinya, serta sakitnya.
B. Etiologi
Kelainan his sering di jumpai pada primigravida tua sedangkan inersia uterisering dijumpai pada multigravida dan grandemulti. Faktor herediter mungkin memegang pula peranan dalam kelainan his dan juga factor emosi (ketakutan), pimpinan pada persalinan kala II yang salah atau pemberian obat-obatan seperti oksitosin dan obat-obatan penenang. Salah satu sebab yang penting dalam kelainan his inersia uteri, ialah apabila janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah rahim, ini dijumpai pada kesalahan-kesalahan letak janin dan disproporsi sefalopelvik. Kelainan pada uterus misalnya uterus birkornis unikolis dapat pula mengakibatkan kelainan his.
(Esti Nugraheny . 2010).
C. Jenis-jenis Distosia Karena Kelainan His / Tenaga .
1. His Hipotonik / Inersia Uteri
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar, disini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang.Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif, maupun pada kala pengeluaran. Inersia uteri terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Inersia uteri primer
Jika persalinan berlangsung lama, terjadi pada kala I fase latin .sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat (kelemahan his yang timbul dari permulaan persalinan ), sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum.
b. Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II.Permulaan his baik, kemudian selanjutnya terdapat gangguan kelainan.
Penanganan :
a. Periksa keadaan serviks, presentasi dan posisi janin, turunnya bagian terbawah janin dan keadaan panggul.
b. Bila kepala sudah masuk Pintu atas panggul anjurkan pasien untuk berjalan-jalan.
c. Buat rencana tindakan yang akan dilakukan : berikan oksitosin drip 5-10 dalam 500 cc dextrose 5 % dimulai 12 tetes / menit, kemudian naikkan setiap 10-15 menit sampai 40-50 tetes/menit, pemberian oksitosin jangan berlarut-larut beri kesempatan ibu untuk istirahat.
d. Bila tadinya his kuat lalu terjadi inersia uteri sekunder ibu lemah dan partus > 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi, oksitosin drips distop kemudian berikan obat penenang Valium 10 mg, bila disertai dengan disproporsi sepalopelvis kemudian tindakan SC.
2. His Hipertonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar. Disebut juga sebagai incoordinate action, contoh misalnya “ tetania uteri” karena obat uterotonika yang berlebihan. Pasien merasa kesakitan karena his yang kuat dan berlangsung hampir terus-menerus .pada janin dapat terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter. (Ai Yeyeh Rukiyah, 2010)
Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini antara lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin yang berlebihan, ketuban pecah lama dengandisertai infeksi, dan sebagainyaHis yang terlalu kuat dan terlalu efisienmenyebabkan persalinan berlangsung cepat.Bahayanya bagi ibu adalah terjadinya perlukaan yang luas pada jalan lahir,khususnya servik uteri, vagina dan perenium bahaya bagi bayi adalah dapat terjadi pendarahan dalam tengkorak karena mengalami tekanan kuat dalam waktu singkat.
(Lia Yulianti. 2010).
Penanganan :
Saat persalinan kedua diawasi dengan cermat dan episiotomi dilakukan pada waktu yang tepat untuk menghindari ruptur perenium tingkat III.Dilakukan pengobatan simtomatis untuk mengurangi tonus otot, nyeri, mengurangi ketakutan.Denyut jantung janin harus terus dievaluasi.Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan sectio cesare. ( Mochtar : 1987 )
3. His yang tidak terkordinasi
Adalah His yang sifatnya berubah-ubah.Tonus otot uterus meningkat juga di luar His dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi.Tidak adanya kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan His tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.Tonus otot yang meningkat menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin.His sejenis ini disebut juga Ancoordinat Hipertonic Uterine Contraction.
(Lia Yulianti. 2010).
Penanganan : berikan (sedative dan analgetik ) seperti morpin, petidin, dan Valium, apabila persalinan sudah berlangsung lama dan berlarut-larut lakukan porsep/ SC. Penyebanya : sering dijumpai pada primigravida tua dan inersia uteri sering dijumpai pada multigravida herediter, emosi dan kekuatan memegang peran penting, salah pimpinan persalinan kala II atau salah pemberian obat-obatan seperti oksitosin atau obat-obatan penanganan, penanganan distosia/kelainan his dijumpai pada permulaan persalinan. Lakukan evaluasi secara keseluruhan untuk mencari keseluruhan untuk mencari sebab-sebabnya.
Pada partus yang berlangsung lama atau terlantar berikan regim rehidrasi
1. Infuse dextrose 5% atau larutan garam fisioligis 1 liter dalam 1 jam pertama
2. Bila his yang menyebabkan rasa sakit yang berlebihan berikan injeksi petidin 50 mg
3. Berikan antibiotic secukupnya bila ketuban sudah lama pecah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
His (kontraksi) adalah serangkaian kontraksi rahim yang teratur karena otot-otot polos rahim yang bekerja dengan baik dan sempurna secara bertahap akan mendorong janin melalui serviks (rahim bagian bawah) dan vagina (jalan lahir), sehingga janin keluar dari rahim ibu.Kontraksi menyebabkan serviks membuka secara bertahap (mengalami dilatasi), menipis dan tertarik sampai hampir menyatu dengan rahim. Ada 3 macam kelainan his yaitu his hipotonik, his hipertonik, dan his yang tidak terkoordinasi.
B. Saran
Kritik dan saran diperlukan guna penyempurnaan makalah ini sebagai bahan pembelajaran bagi para pembaca khususnya para mahasiswa dan dosen.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo ,Sarwono.2009.Ilmu kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta
Yulianti ,Lia.2010.Asuhan Kebidanan Patologi Kebidanan. Trans Info Media : Jakarta
Nugraheny, Esti. 2009.Asuhan Kebidanan Pathologi. Pustaka Rihama : Yogyakarta
Mochtar R.2007. Obstetri Patologi .EGC : Jakarta
Setiawan.2008.Ilmu Kebidanan Kandungan dan Kb.Medika Irama : Jakarta