Cinta gadis berkerudung
Kerudung Ia kutemukan di taman firdaus lima
Gadis berkerudung muslim
Duduk menulis buku dalam pangkuannya
Ia tak menghiraukan daun-daun kering
Yang kerap tertiup angin mengganggu kakinya
Ia tak menghiraukan gemericik kolam taman dihadapan
Ia juga tak menghiraukan aku
Yang duduk menanti ia bicara
Kucoba bertutur sapa
“sedang apa kau disini?”
Ia melirikku dan berhenti menulis
Mungkin terganggu oleh pertanyaanku
Namun aku merasakan waktuku seolah berhenti.
Ketika raut wajahnya yang sejuk tersenyum melihat kepadaku.
Aku tahu aku telah jatuh cinta pada gadis ini
Namun aku takut, kerudung putihnya akan terkotori oleh hitamnya masa laluku.
“aku sedang menunggu”
suaranya yang lembut ikhlas menjawabku
keikhlasan yang meluluhkan hati
yang membuat angin selalu ingin menerpa halus wajahnya
yang membuat matahari terik menjadi hangat
yang membuat bulan enggan berada dibalik awan
yang membuat dedaunan rindang selalu ingin jatuh kepangkuannya
“Bukankah kau sedang menulis ?” lanjutku
Kali ini ia menutup bukunya.
Senyumnya menandakan ia menerima sapaanku.
“Tidak, aku memang sedang menunggu. Aku menuliskan sesuatu yang mungkin sedang terjadi ketika aku sedang menunggu. Sesuatu yang mungkin terlewati, yang terjadi tanpa kita ketahui. Itulah hakekat menunggu disini. Kita diam menanti, sedangkan waktu terus melangkah. Seandainya aku memiliki dua hati, kan kubiarkan satu hati menunggu disini, sedangkan hati yang lain pergi mencari keikhlasan abadi. Namun rasanya tak sanggup untuk menjaga dua hati . Menjaga satu hati saja bagaikan menjaga angin tetap dalam pangkuan”
Aku terdiam dan merasa semakin hitam
Aku ingin menjadi baik hanya karena menginginkan cinta dari gadis ini
Bukankan itu tidak ikhlas ?
Seharusnya aku menyerahkan diri kepadaNya dan menerima hukumanNya.
Tidak usah aku mencari cinta yang tak pasti kujaga
Dosa-dosaku bagaikan luka yang menganga
Mengalirkan darah dengan keperihan
Aku akan mati karena dosa-dosaku
Terlalu perih bagiku untuk menutup lukaku sendiri
Seseorang harus membantuku
Namun menutup luka dengan cinta dari gadis berkerudung ?
Layakkah aku mendapatkan cintanya?
“Siapa yang sedang kau tunggu ?” lanjutku dengan wajah tertunduk
Kulihat ia berdiri, menyingkirkan dengan hati-hati daun dipangkuannya.
Kemudian ia baringkan diatas rerumputan yang bersih.
Betapa mulia hatinya, keikhlasannya ia berikan kepada setiap ciptaanNya.
Aku sedikit berharap, bukankah aku ciptaanNya yang paling mulia ?
Bukankah aku lebih mulia dari daun yang ia baringkan ?
Akankah ia memberikan cintanya untuk menolongku ?
Dengan tersenyum ia menjawabku,
“Aku sedang menunggu kekasihku. Ia kelak akan menemaniku memasuki pintu surga. Namun surga bukanlah tujuanku. Tujuanku adalah keikhlasan dari Penciptaku”
Aku semakin terpuruk mendengar kata-kata gadis ini
Pastilah kekasihnya juga seorang yang mulia
Yang dapat meluluhkan hatinya
Yang juga dapat meluluhkan penjaga pintu surga.
Tak ada harapan untukku.
Ingin aku segera beranjak.
Meninggalkan keinginan yang tersembunyi dilangit ketujuh
Tiba-tiba ia bangkit dari duduknya
Membuka kerudung suci
Aku tidak dapat melihat apa-apa
Hanya cahaya putih terpancar dari wajahnya
Ia berikan kerudungnya untukku
Tangannya dijulurkan kepadaku
Seolah ingin meraih diriku
Apakah ini khayalanku ?
Kuraih tangannya yang menengadah
Dan memancarlah air suci dari jari-jarinya
Membasahi wajahku, lenganku dan kakiku
Aku merasakan ia tersenyum dan berkata
“Berwudhulah dan bersujudlah wahai lelaki yang murung. Engkaulah kekasih yang aku tunggu. Aku adalah hidayah untukmu. Aku menunggu disini memang untukmu. Aku memang diciptakan untuk lelaki yang ingin kembali kejalanNya. Namun kau tidak bisa begitu saja mendapatkan cintaku. Mintalah kepadaNya. Engkau tidak akan menjadi cengeng jika dapat menangis dihadapanNya. Air matamu akan membersihkan hatimu. Mintalah dengan hati yang berserah. Dengan izinNya, cintaku hanyalah untukmu”
Seorang malaikat muncul dihadapan kami
Menarik kami berdua ke langit keabadian
Dan taman firdaus lima menjadi hening

Terharu...
BalasHapushttp://dzul92.blogspot.com/2012/05/bersama-taklukan-masalah.html